Sebagaimana pemilihan
indukan untuk burung penangkaran pada umumnya, maka untuk memilih
indukan jantan, pilih saja murai batu yang sehat, tidak cacat fisik dan
gacor dengan perkiraan usia di atas 2 tahun. Sedangkan betinanya, bisa
dipilih yang usia di atas 1 tahun, mulus dan sudah mau bunyi kalau di
dekatkan dengan murai batu jantan. Pilihlah jantan dan betina yang
jinak,dalam arti tidak takut lagi dengan manusia..
1. Hari pertama diberi EF
yang lebih dari biasa, misal jantan betina diberi masing-masing 10 ekor
jangkrik dan 10 ekor cacing dengan tujuan agar keduanya terpacu
birahinya.
2. Hari kedua, jatah jantan tetap dan jatah betina dikurangi, misal 10 : 5, hal ini ditujukan untuk tetap menjaga birahinya.
3, Hari ketiga jatah
jantan ditambah dan jatah betina dihilangkan. Tujuannya pada saat si
jantan birahi, dia akan memainkan EF di mulutnya, dan pada saat yang
bersamaan si betina kelaparan karena tidak mendapat jatah makan,
sehingga si betina akan berusaha meminta jatah makan dari si jantan.
Proses ini bisa
dilanjutkan untuk beberapa hari ke depan. Lamanya tergantung burung itu
sendiri, bisa sehari, 2 hari atau mungkin 1 bulan belum jodoh.
Proses penjodohan seperti
itu pula yang biasa dilakukan para penangkar. Proses penjodohan ini
dilakukan selama hampir sebulan sampai jantan betina mau bercampur tanpa
tarung lagi.
Berkaitan dengan
penjodohan murai batu ini, ada tips yang disampaikan Om Rudi Jambi yang
sudah sukses menangkar murai batu. Dalam tulisannya di forum KM, Om Rudi
menulis seperti di bawah ini.
1. Agar proses penjodohan
lebih mudah, iapkan betina lebih dari 1 ekor, dekatkan dengan pejantan
yang telah diseleksi, baik dari kualitas suara, katuranggan maupun
prestasinya. Bila sudah ada yang tampak rajin bunyi, ngeleper-ngeleper
sayapnya sambil ngeriwik, itu pertanda si betina sudah birahi, pilih
betina tersebut, dekatkan dengan pejantan ditempat terpisah selama
kurang lebih 3 hari.
2. Masukan ke dalam
sangkar bersekat, atau biasanya disebut kandang jodoh, atau bila tidak
ada sangkar bersekat boleh juga mengunakan sangkar biasa yang diletakan
berhimpitan.
3. Harus dilakukan
pengamatan secara rutin, untuk memastikan jodoh tidaknya indukan pilihan
tersebut.bila sudah terlihat akrab, yakni sering terlihat berhimpitan
meski masih dibatasi sekat, baru masukan ke kandang penagkaran.
5. Lakukan penjodohan
alternatif, ulangi kembali penjodohan dari tahap pertama selama 1
minggu, kemudian masukan betina kedalam sangkar kecil dan masukan
kedalam kandang besar, sementara itu biarkan sang pejantan bebas didalam
kandang penangkaran dan merasa lebih berkuasa, langkah ini juga
bertujuan mengurangi birahi pejantan.
6. Ganti pasangan bila
tidak mau jodoh, ini merupakan alternatif terakhir dan mutlak dilakukan,
yakni bila pasangan tersebut tetap tidak bisa jodoh, ganti betina
dengan betina baru. Lakukan langkah-langkah penjodohan mulai dari awal
sambil diamati perkembangannya.